Memformat Kembali Karakter Bangsa

Dalam beberapa waktu ini telah terjadi sebuah episode yang begitu kontras terjadi. Sebuah episode yang semestinya membuka mata hati bagi sebagian masyarakat akan nilai nilai moral bangsa yang semakin tergerus peradaban. Episode pertama adalah Poligamy yang dilakukan oleh dai kondang Aa Gym dan yang satunya adalah Heboh video Porno anggota DPR Yahya Zaini dan artis dangdut Maria Eva. Apa yang bisa kita urai dari kedua episode hidup ini?

Berita tentang pernikahan Aa Gym dengan Alfarini menjadi pembicaraan masyarakat indonesia, baik yang di kantor atau yang di pasar. Sebuah keputusan yang tidak populer bagi sebagian masyarakat. Apalagi bagi kaum feminis. Bara panaspun membakar hati hati mereka. Dengan alasan HAM mereka memprotes langkah Aa Gym tersebut. Bagi kalangan awampun hal tersebut menjadi pukulan berat. Sosok Aa Gym yang begitu sempurna bagi mereka tercoreng dengan langkah keputusan tersebut. Bagi mereka poligami difahami sebagai bagian penganiayaan istri pertama. Bagi istri kedua tercap sebagai perebut istri orang.

Tapi semestinya kita lihat motivasi Aa Gym. Di dalam jumpa persnya, Aa telah menyatakan bahwa keputusan poligami ini adalah juga sebagai dakwah. Dakwah bahwa poligami ini juga menjadi bagian syariah ALLAH yang setiap muslim hendaknya memahami hal tersebut. Dan sebagai muslim tentunya di wajibkan menerima apa yang telah ALLAH tetapkan meskipun secara logika kadang tidak bisa di terima, tetap ALLAH adalah Maha Adil Dan Maha Tahu. Niscaya ada hikmah yang bermanfaat kita manusia.

Apabila keputusan diambil dari motif religiusitas, tetap digugat. Bisa jadi dari kaum feminis, atau pendekar HAM, sebaiknya dicermati pula bahwa keputusan untuk menjalankan perintah agama keyakinan adalah hal yang telah di atur dalam undang undang dasar juga. Dalam pasal 29 UUD di jelaskan bahwa Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Di negara ini juga sudah jelas agama agama yang diakui. Sebagai manifestasinya, agama islam yang mengakui keEsaan Tuhan ALLAH, tentu saja oleh pemeluknya di jalankan sesempurna mungkin. Salah satunya adalah syariat poligami ini bila berpangkal hal tersebut adalah legal dan semstinya di fahami masyarakat sebagai salah satu pelaksanaan hukum agama islam yang tentu saja oleh pemeluknya sendiri.

Tapi sayangnya keputusan yang jelas sesuai aturan yang berlaku dan secara tidak langsung oleh negara juga diakui belum begitu di fahami. tetapi sikap sikap yang secara normatif tidak sesuai budaya timur malah "dibenarkan " masyarakat. Ironisnya para pemimpin negara ini, bukannya menjadi contoh kebaikan tapi malah menjadi ikon keburukan. Banyak sekali terungkap, anggota dewan yang terhormat malah beramai ramai menjadi tersangka atas korupsi di saat mereka menjabat. Atau tindakan amoral yang paling gress adalah Anggota DPR bernama Yahya Zaini, seorang anggota dewan yang juga mantan ketua Ormas islam. Selain itu juga sebagai ketua kerohanian di DPP partainya yang sebelumnya masih praduga melakukan tindakan amoral tersebut, sekarang sudah jelas nyata sesuai pengakuan dari Maria Eva sang artis dangdut. Dalam konferesi persnya kemaren tanggal 4 desember 2006 di gedung Lembaga Sensor Film. Bahkan sang anggota dewan akhirnya mengndurkan diri dengan menulis surat kepada ketua umum Golkar, Yusuf kalla pada jam lima sore kemaren tanggal 4 desember 2006, yang isinya tidak membantah apa yang diberitakan media juga yang dikatakan Maria Eva.

Sungguh sebuah episode ironis dari bangsa ini. Sebagai seorang yang religius, mengapa bisa perbuatan amoral itu terjadi. Apa karena mereka sudah menikah? Tentu tidak, begitulah pengakuan Maria Eva. Lebih dari itu, perbuatan amoral tersebut sudah menghasilkan benih seorang bayi. Dan tindakan keji kembali terjadi. Benih tersebut digugurkan dengan persetujuan sang anggota dewan.

Menanggapi yang terjadi pada diri Yahya Zaini, seorang teman di dewan malah berkelakar, dengan mengatakan bahwa yahya tidak profesional, banyak lagi yang lebih dari yahya. (detik.com 4/12/06) Lagi lagi kenyataan yang begitu memiriskan.

Kedua episode tersebut diatas hendaknya bisa membuka hati kita untuk kembali menengok diri kita sebagai bangsa indonesia. Bangsa yang besar, terkenal dengan sikap ketimurannya yang ramah seakan tiada kita temukan. yang ada hanya sikap bangsa yang ironis. Kesemuanya adalah berpangkal dari perubahan moral dan akhlak. Sedang moral dan akhlak bisa menjadi karakter bangsa jika di landasi nilai nilai spiritual yang bisa di dapat dalam nilai agama. Jika nilai agama benar benar menjadi ruh bagi setiap komponen bangsa, maka bangsa ini akan terhindar dari karakter amoral.

Untuk menjadikan agama sebagai ruh bangsa ini, diperlukan sistem pendidikan yang tepat, sehingga hasil dari pendidikan tersebut benar benar menjadikan manusia indonesia yang cerdas dab bermoral. Tapi dalam kondisi sekarang ini dimana pembuat keputusan kebijaksanaan adalah orang orang yang low morality, juga berat. Tapi meskipun berat, jika setiap unsur dalam masyarakat bangsa ini yang berhati nurani bersatu melakukan gerakan moral yang ikhlas, bukan cuma ikut ikutan, isnyaALLAH, Allah pasti akan menolong juga.

Semoga dengan dua kejadian diatas menjadikan kita bisa berpikir ulang, memformat kembali karakter bangsa kita yang sudah begitu terkoyak. amien


1 komentar:

Anonymous said...

[url=http://www.hendricks.org/community/members/taking-zoloft-and-a-drug-test-12/default.aspx]taking zoloft and a drug test[/url] [url=http://notcfootball.org/members/20six.co.uk-link-onlinetramadol-35/default.aspx]20six.co.uk link onlinetramadol[/url]
ultram withdrawals teens on geodon
http://cloudcomputingusersgroup.net/members/nose-ulcers-40/default.aspx luxury hotel rome viagra
[url=http://cloudcomputingusergroup.org/members/paxil-30mg-treating-pe-88/default.aspx]paxil 30mg treating pe[/url] [url=http://dynamicwork.co.uk/members/remeron-side-effect-13/default.aspx]remeron side effect[/url]
viagra alcohaol pharmacy technician in new york
http://coffeeblogs.starbucks.com/members/zyprexa-lexapro-81/default.aspx remeron histamine
kamagra soft google4534553453322